8 Mei 2020

SAME AS YOU [CERPEN]

Shelter Trans Metro Bandung Koridor 1.
Aku memandang langit biru yang cerah, membuatku tersenyum karena kulihat matahari juga tengah tersenyum padaku. Sudah tujuh tahun aku mendiami shelter ini. Setiap hari, kulihat lalu lalang kendaraan yang tak ada habisnya, mengeluarkan gas pembakaran yang tak sempurna, membuat orang yang ada dipinggir jalan batuk-batuk atau hanya sekedar menutup mulut dan hidungnya. Banyak juga orang yang lalu lalang, berjalan menyusuri trotoar atau sekedar berdiri di trotoar untuk menunggu bus atau angkot. Kulihat juga anak kecil sedang menjajakan dagangannya, ia menggunakan pakaian lusuh, wajahnya pun terlihat lusuh, aku kasihan melihatnya tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.
Aku melihat beberapa calon penumpang bus Trans Metro Bandung sedang menunggu di shelter dengan sabar, tentu saja sebelumnya, mereka sudah membeli karcis. Aku melihat mereka yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing, sambil menunggu datangnya armada yang akan mereka tumpangi. Kulihat ada yang membaca buku, ada yang ngobrol dengan teman di sebelahnya, ada yang seperti sedang melamun, bahkan ada juga yang ngupil! Mataku langsung jadi sipit begitu melihatnya.
Bus Trans Metro Bandung berjalan perlahan di antara hiruk pikuk kendaraan bermotor menuju shelter, tempat ia biasa berhenti. Bus ini tidak bisa berhenti di sembarang tempat, ia harus berhenti di shelter-shelter yang telah disediakan. Kulihat bus itu sudah ada di shelter koridor 1, tempat aku berdiam saat ini. Semua penumpang yang sedari tadi menunggu dengan sabar, berebut masuk ke bus karena ingin dapat tempat duduk. Bus ini tak terlalu besar, sehingga tak bisa semua penumpang dapat tempat duduk.
Aku terus menundukkan kepalaku sambil tetap duduk di pinggiran trotoar, menanti bus itu pergi dan meninggalkanku. Tiba-tiba aku merasakan hentakan kaki yang berjalan ke arahku, dia berhenti tepat disampingku. Kulihat kakinya kecil dengan sepatu berwarna biru muda, lucu sekali. Aku sedikit menaikkan kepalaku untuk melihat pemilik sepatu lucu itu. Sungguh aku terkejut, aku melihat sosok bertubuh kecil, berambut sebahu berwarna hitam kecoklatan, kulitnya kuning langsat, dan bermata biru. Ia tersenyum padaku.
“Hai Sista.”
Anak perempuan kecil itu memanggilku dengan sebutan sista. Aku membalas senyuman manisnya dengan senyumku yang mengandung keragu-raguan. Siapa anak itu? Anak kecil itu manis sekali. Bahkan kupikir, aku sedang melihat malaikat kecil. Anak itu lalu pergi setelah menyapaku. Ia menaiki bus Trans yang hendak pergi, ia mempersilakan penumpang lain untuk masuk dan ia masuk belakangan.
***
Telingaku mendengar seseorang sedang marah-marah. Aku langsung mencari sumber suara itu. Kulihat seorang bapak paruh baya sedang memarahi anak kecil di depannya, dua anak kecil sedang tertunduk takut karena sedang dimarahi. Mataku melihat salah satu anak kecil itu, aku merasa mengenal sosok itu. Tak salah lagi, dia adalah anak manis yang selama ini kutunggu. Kenapa dia dimarahi? Apa anak kecil itu berbuat salah?
Kulihat anak yang menangis itu pergi, tapi anak misterius itu tetap duduk lalu ia melihat kearahku. Tak kusangka, ternyata dia sadar bahwa aku ada disini. Dia berjalan menuju ke arahku. Hari ini, dia memakai rok terusan selutut berwarna pink, dia terlihat begitu manis. Anak itu menghampiriku dan berjongkok agar mudah melihat wajahku.
“Hai Sista. Apa kabar? Ingin sekali aku bertemu lagi denganmu. Salam kenal.”
Dia bicara denganku!
***
Aku mulai lelah, kututup mataku saking lelahnya menunggu, beberapa saat hanya terdengar suara orang ngobrol dan kendaraan. Aku mencium aroma wangi di dekat hidungku, wangi sekali, seperti aroma lavender. Perlahan, kubuka mataku dan ingin sekali kutahu siapa yang memakai wewangian lavender ini. Rasa kantukku tiba-tiba lenyap ketika sepasang mata biru tengah menatapku dengan senyuman yang muncul dari bibir kecilnya. Sosok yang kutunggu, kini ada tepat dihadapanku.
            “Hai Sista.” Anak itu menyapaku dengan ramah. “Wajahmu terlihat lelah. Ada apa?” Anak itu menampakkan wajah khawatirnya di depanku. Aku hanya menggeleng perlahan sambil tersenyum seraya berkata “Aku tidak apa-apa”.
Anak itu kembali tersenyum. “Sis, besok aku mau piknik bersama teman-temanku. Aku akan datang lagi kesini besok. Tunggu aku ya!” Kata anak itu langsung pergi sambil melambaikan tangannya padaku.
***
Pagi ini memang ada beberapa anak yang mengenakan seragam piknik, T-shirt putih dan celana panjang biru, semuanya seragam. Aku pun tak kalah girangnya dengan anak-anak yang akan pergi piknik itu. Aku yakin anak-anak berseragam piknik itu adalah teman-teman anak manis itu, dia akan datang kemari!
Sorot mataku menangkap sosok yang sudah kutunggu sejak tadi. Aku melihatnya dari kejauhan. Dia sedang berlari kecil menuju shelter ini. Aku menyambutnya dengan senyumku. Seketika aku melihat ada sesuatu di seberang jalan. Aku melihat seorang nenek kesakitan, nenek itu memegangi kakinya. Aku melihat sosok kecil itu berlari menyeberangi jalan, kupikir dia akan menghampiri nenek itu. Di saat yang sama, sebuah bus dengan kecepatan sedang, melaju menghampiri anak kecil itu. Supir bus itu tak sempat mengerem ketika anak itu menyeberang. Tunggu, jangan menyeberang! Aku tak bisa berteriak dan seketika itu......
CKIIIIIIIIIIIIIITTTTTTT!!!!! BRAKK!!!!
Betapa kerasnya suara itu. Suara teriakan orang-orang pun terdengar sangat jelas di telingaku. Tubuhku kaku, gemetar, tak bisa bergerak sedikitpun, melihat apa yang barusan terjadi di depan mataku.
Aku mendekati tubuh kecil itu. Penuh darah. Semua orang mengelilinginya dengan tatapan cemas. Aku ingin melihat wajahnya. Kudekati tubuh itu lebih dekat supaya aku bisa melihat wajah mungilnya. Betapa terkejutnya aku ketika wajah itu terlihat oleh mataku. Itu bukan wajahnya! Yang tertabrak bukan anak itu! Oh Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Jelas-jelas aku melihat anak itu yang menyeberang dan tertabrak bus itu, kenapa tubuh yang tergeletak di jalan ini bukanlah tubuhnya. Aku segera menjauhi kerumunan dan memasang mata, aku yakin sekali kalau anak itu sudah datang dan dia juga yang hendak menolong nenek itu.
Mataku tiba-tiba melotot, melihat sosok yang aku kenal ada di seberang jalan, disamping nenek itu! Tidak mungkin! Bagaimana bisa? Seketika itu, tubuhku merinding hebat, ada apa ini sebenarnya? Kulihat dia sedang memandangi anak yang tertabrak bus itu dengan wajah sedih dan kulihat juga air matanya mengalir. Setelah kuingat-ingat, anak yang tertabrak itu adalah anak yang dimarahi waktu itu. Aku bisa melihat wajah sendu itu, dia begitu sedih melihat temannya terkapar di jalanan bersimbah darah. Tapi...bagaimana dengan yang kulihat tadi? Apa aku hanya salah lihat?
***
Aku mengalami dejavu. Rasanya aku pernah melihat kejadian itu sebelumnya dan di tempat yang sama, tapi kapan? Aku berusaha mengingat semua hingga aku merasa lelah, dan di tengah kelelahanku itu, lagi-lagi sosok kecil itu muncul tepat dihadapanku. Dia memakai rok terusan berwarna putih, mengenakan bando putih di kepalanya dan terasa wangi lavender. Dia menatapku agak serius, mata birunya memancarkan aura kemisteriusannya. Setelah beberapa saat dia menatapku, lalu dia bertanya padaku.
            “Apa sista tahu aku siapa?” Pertanyaan yang keluar dari mulut kecilnya itu membuatku heran. Tentu saja aku tidak tahu siapa dia. Aku hanya menggeleng pelan.
            “Kalau begitu, ayo ikut aku, sis.” Dia mengajakku. Sepertinya aku sudah berganti nama jadi sista hehe. Aku berjalan mengikutinya. Ngomong-ngomong, dia mau mengajakku kemana ya?
Kami sampai di sebuah tempat yang dikelilingi oleh dinding yang tebal dan tinggi. Tempat ini begitu sunyi, hanya suara semilir angin yang menggoyang dedaunan dan rumput-rumput yang tinggi. Anak itu terus berjalan sambil tetap menggandengku, memasuki area di dalam dinding besar itu.
Kami berhenti, tepat di belakang seorang wanita yang sedang duduk di depan sebuah makam. Rasanya aku mengenal wanita itu. Aku memajukan langkahku hingga mendekati wanita itu dan aku tahu siapa dia. Ibu? Aku melihat sosok ibuku yang sedang duduk sambil menundukkan kepala di hadapan sebuah makam, ibuku sedang berdoa lalu menebarkan bunga di makam itu. Aku tahu, itu makamku. Aku baru sekali ini melihat ibu yang menebarkan bunga sambil menangis ketika melihat nisanku berdiri tegak di atas makamku.
Setelah beberapa lama ibu meratapi makamku dengan linangan air matanya, dia berpindah ke makam disebelahnya. Aku mengira, ibu mendatangi makam kakek atau nenek yang memang sudah meninggal. Aku berjalan perlahan ke arah makam di sebelahnya, anak kecil ini masih tetap menggandeng tanganku. Aku terkejut melihat nama yang terukir di nisan itu. ‘Angel’. Angel? Bukankah itu namaku? Tapi, makamku bukan yang itu, makamku ada di sebelahnya dan aku juga melihat ukiran pada nisanku, tertulis ‘Angel’. Aku yakin tak ada saudara atau kerabat yang punya nama yang sama denganku. Jadi, siapa Angel yang yang ada di sebelah makamku itu? Aku berpikir..berpikir dan berpikir...siapa Angel yang satu lagi?
Jantungku serasa tertimpa beban yang begitu berat. Aku kaget. Aku ingat sesuatu. Aku melihat sosok kecil yang ada disampingku, yang sedang menggenggam tanganku. Dia tersenyum padaku dan berkata...
“Aku sama denganmu, sis.”
***
Namaku Angel. Aku tinggal dengan ayah dan ibuku di Kota Bandung, aku hanya anak tunggal dan sejak dulu ingin sekali punya adik. Harapanku terjawab, aku akan punya adik. Aku bisa menggendong seorang adik dan mengajaknya bermain. Aku begitu gembira ketika datangnya hari lahirnya adikku. Aku berlari ketika ayah meneleponku dan menyuruhku datang ke rumah sakit. Aku menyeberang jalan tanpa melihat kanan kiri dan seketika itu, sebuah bus menabrakku tanpa ampun hingga aku tergeletak kaku di tengah jalan bersimbah darah. Aku belum sempat melihat adikku. Tubuhku tergeletak tepat di depan shelter itu.
Adikku bernama Angel, nama yang sama denganku. Tujuh tahun setelah aku pergi, adikku tertabrak bus di depan shelter, tempat yang sama ketika aku mengantar nyawaku. Rupanya, adikku yang ada di seberang shelter, seperti melihatku, wajah yang sama ketika adikku melihatku lewat foto, lalu dia berlari menyeberang jalan tanpa lihat kanan kiri, sama seperti saat aku begitu semangat menyambut adik baruku. Oh Tuhan, jadi akulah yang membuat adikku celaka, akulah yang membuat adikku jadi sama denganku, akulah yang menyebabkan adikku meninggal.
Masih bisakah aku menangis...
Tapi sekarang, adikku ada di sampingku...dia ikut denganku...

SELESAI

1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
    ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.biz ^_$
    add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^

    BalasHapus

was wes wos...^^

Welcome Home Anta!

Cek cerita hilangnya Anta DI SINI Sekitar 2 minggu yang lalu, di malam Jumat yang syahdu, notifikasi HP berdering berkali-kali. Si pecint...