Shelter
Trans Metro Bandung Koridor 1.
Aku
memandang langit biru yang cerah, membuatku tersenyum karena kulihat matahari
juga tengah tersenyum padaku. Sudah tujuh tahun aku mendiami shelter ini.
Setiap hari, kulihat lalu lalang kendaraan yang tak ada habisnya, mengeluarkan
gas pembakaran yang tak sempurna, membuat orang yang ada dipinggir jalan
batuk-batuk atau hanya sekedar menutup mulut dan hidungnya. Banyak juga orang
yang lalu lalang, berjalan menyusuri trotoar atau sekedar berdiri di trotoar
untuk menunggu bus atau angkot. Kulihat juga anak kecil sedang menjajakan
dagangannya, ia menggunakan pakaian lusuh, wajahnya pun terlihat lusuh, aku
kasihan melihatnya tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.
Aku
melihat beberapa calon penumpang bus Trans Metro Bandung sedang menunggu di
shelter dengan sabar, tentu saja sebelumnya, mereka sudah membeli karcis. Aku
melihat mereka yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing, sambil menunggu
datangnya armada yang akan mereka tumpangi. Kulihat ada yang membaca buku, ada
yang ngobrol dengan teman di sebelahnya, ada yang seperti sedang melamun,
bahkan ada juga yang ngupil! Mataku langsung jadi sipit begitu melihatnya.
Bus
Trans Metro Bandung berjalan perlahan di antara hiruk pikuk kendaraan bermotor
menuju shelter, tempat ia biasa berhenti. Bus ini tidak bisa berhenti di
sembarang tempat, ia harus berhenti di shelter-shelter yang telah disediakan.
Kulihat bus itu sudah ada di shelter koridor 1, tempat aku berdiam saat ini.
Semua penumpang yang sedari tadi menunggu dengan sabar, berebut masuk ke bus
karena ingin dapat tempat duduk. Bus ini tak terlalu besar, sehingga tak bisa
semua penumpang dapat tempat duduk.
Aku
terus menundukkan kepalaku sambil tetap duduk di pinggiran trotoar, menanti bus
itu pergi dan meninggalkanku. Tiba-tiba aku merasakan hentakan kaki yang
berjalan ke arahku, dia berhenti tepat disampingku. Kulihat kakinya kecil
dengan sepatu berwarna biru muda, lucu sekali. Aku sedikit menaikkan kepalaku
untuk melihat pemilik sepatu lucu itu. Sungguh aku terkejut, aku melihat sosok
bertubuh kecil, berambut sebahu berwarna hitam kecoklatan, kulitnya kuning
langsat, dan bermata biru. Ia tersenyum padaku.
“Hai Sista.”
Anak
perempuan kecil itu memanggilku dengan sebutan sista. Aku membalas senyuman
manisnya dengan senyumku yang mengandung keragu-raguan. Siapa anak itu? Anak
kecil itu manis sekali. Bahkan kupikir, aku sedang melihat malaikat kecil. Anak
itu lalu pergi setelah menyapaku. Ia menaiki bus Trans yang hendak pergi, ia
mempersilakan penumpang lain untuk masuk dan ia masuk belakangan.
***
Telingaku
mendengar seseorang sedang marah-marah. Aku langsung mencari sumber suara itu.
Kulihat seorang bapak paruh baya sedang memarahi anak kecil di depannya, dua
anak kecil sedang tertunduk takut karena sedang dimarahi. Mataku melihat salah
satu anak kecil itu, aku merasa mengenal sosok itu. Tak salah lagi, dia adalah
anak manis yang selama ini kutunggu. Kenapa dia dimarahi? Apa anak kecil itu
berbuat salah?
Kulihat
anak yang menangis itu pergi, tapi anak misterius itu tetap duduk lalu ia
melihat kearahku. Tak kusangka, ternyata dia sadar bahwa aku ada disini. Dia
berjalan menuju ke arahku. Hari ini, dia memakai rok terusan selutut berwarna
pink, dia terlihat begitu manis. Anak itu menghampiriku dan berjongkok agar
mudah melihat wajahku.
“Hai Sista. Apa kabar? Ingin sekali aku
bertemu lagi denganmu. Salam kenal.”
Dia
bicara denganku!
***
Aku
mulai lelah, kututup mataku saking lelahnya menunggu, beberapa saat hanya
terdengar suara orang ngobrol dan kendaraan. Aku mencium aroma wangi di dekat
hidungku, wangi sekali, seperti aroma lavender. Perlahan, kubuka mataku dan
ingin sekali kutahu siapa yang memakai wewangian lavender ini. Rasa kantukku
tiba-tiba lenyap ketika sepasang mata biru tengah menatapku dengan senyuman
yang muncul dari bibir kecilnya. Sosok yang kutunggu, kini ada tepat
dihadapanku.
“Hai Sista.” Anak itu menyapaku
dengan ramah. “Wajahmu terlihat lelah. Ada apa?” Anak itu menampakkan wajah
khawatirnya di depanku. Aku hanya menggeleng perlahan sambil tersenyum seraya
berkata “Aku tidak apa-apa”.
Anak
itu kembali tersenyum. “Sis, besok aku mau piknik bersama teman-temanku. Aku
akan datang lagi kesini besok. Tunggu aku ya!” Kata anak itu langsung pergi
sambil melambaikan tangannya padaku.
***
Pagi
ini memang ada beberapa anak yang mengenakan seragam piknik, T-shirt putih dan
celana panjang biru, semuanya seragam. Aku pun tak kalah girangnya dengan
anak-anak yang akan pergi piknik itu. Aku yakin anak-anak berseragam piknik itu
adalah teman-teman anak manis itu, dia akan datang kemari!
Sorot
mataku menangkap sosok yang sudah kutunggu sejak tadi. Aku melihatnya dari
kejauhan. Dia sedang berlari kecil menuju shelter ini. Aku menyambutnya dengan
senyumku. Seketika aku melihat ada sesuatu di seberang jalan. Aku melihat
seorang nenek kesakitan, nenek itu memegangi kakinya. Aku melihat sosok kecil
itu berlari menyeberangi jalan, kupikir dia akan menghampiri nenek itu. Di saat
yang sama, sebuah bus dengan kecepatan sedang, melaju menghampiri anak kecil itu.
Supir bus itu tak sempat mengerem ketika anak itu menyeberang. Tunggu, jangan menyeberang! Aku tak bisa
berteriak dan seketika itu......
CKIIIIIIIIIIIIIITTTTTTT!!!!! BRAKK!!!!
Betapa
kerasnya suara itu. Suara teriakan orang-orang pun terdengar sangat jelas di
telingaku. Tubuhku kaku, gemetar, tak bisa bergerak sedikitpun, melihat apa
yang barusan terjadi di depan mataku.
Aku
mendekati tubuh kecil itu. Penuh darah. Semua orang mengelilinginya dengan
tatapan cemas. Aku ingin melihat wajahnya. Kudekati tubuh itu lebih dekat
supaya aku bisa melihat wajah mungilnya. Betapa terkejutnya aku ketika wajah
itu terlihat oleh mataku. Itu bukan wajahnya! Yang tertabrak bukan anak itu! Oh
Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Jelas-jelas aku melihat anak itu yang menyeberang
dan tertabrak bus itu, kenapa tubuh yang tergeletak di jalan ini bukanlah
tubuhnya. Aku segera menjauhi kerumunan dan memasang mata, aku yakin sekali
kalau anak itu sudah datang dan dia juga yang hendak menolong nenek itu.
Mataku
tiba-tiba melotot, melihat sosok yang aku kenal ada di seberang jalan,
disamping nenek itu! Tidak mungkin! Bagaimana bisa? Seketika itu, tubuhku
merinding hebat, ada apa ini sebenarnya? Kulihat dia sedang memandangi anak
yang tertabrak bus itu dengan wajah sedih dan kulihat juga air matanya
mengalir. Setelah kuingat-ingat, anak yang tertabrak itu adalah anak yang
dimarahi waktu itu. Aku bisa melihat wajah sendu itu, dia begitu sedih melihat
temannya terkapar di jalanan bersimbah darah. Tapi...bagaimana dengan yang
kulihat tadi? Apa aku hanya salah lihat?
***
Aku
mengalami dejavu. Rasanya aku pernah melihat kejadian itu sebelumnya dan di
tempat yang sama, tapi kapan? Aku berusaha mengingat semua hingga aku merasa
lelah, dan di tengah kelelahanku itu, lagi-lagi sosok kecil itu muncul tepat
dihadapanku. Dia memakai rok terusan berwarna putih, mengenakan bando putih di
kepalanya dan terasa wangi lavender. Dia menatapku agak serius, mata birunya
memancarkan aura kemisteriusannya. Setelah beberapa saat dia menatapku, lalu
dia bertanya padaku.
“Apa sista tahu aku siapa?”
Pertanyaan yang keluar dari mulut kecilnya itu membuatku heran. Tentu saja aku
tidak tahu siapa dia. Aku hanya menggeleng pelan.
“Kalau begitu, ayo ikut aku, sis.”
Dia mengajakku. Sepertinya aku sudah berganti nama jadi sista hehe. Aku
berjalan mengikutinya. Ngomong-ngomong, dia mau mengajakku kemana ya?
Kami
sampai di sebuah tempat yang dikelilingi oleh dinding yang tebal dan tinggi.
Tempat ini begitu sunyi, hanya suara semilir angin yang menggoyang dedaunan dan
rumput-rumput yang tinggi. Anak itu terus berjalan sambil tetap menggandengku,
memasuki area di dalam dinding besar itu.
Kami
berhenti, tepat di belakang seorang wanita yang sedang duduk di depan sebuah
makam. Rasanya aku mengenal wanita itu. Aku memajukan langkahku hingga
mendekati wanita itu dan aku tahu siapa dia. Ibu? Aku melihat sosok ibuku yang sedang duduk sambil menundukkan
kepala di hadapan sebuah makam, ibuku sedang berdoa lalu menebarkan bunga di
makam itu. Aku tahu, itu makamku. Aku baru sekali ini melihat ibu yang
menebarkan bunga sambil menangis ketika melihat nisanku berdiri tegak di atas
makamku.
Setelah
beberapa lama ibu meratapi makamku dengan linangan air matanya, dia berpindah
ke makam disebelahnya. Aku mengira, ibu mendatangi makam kakek atau nenek yang
memang sudah meninggal. Aku berjalan perlahan ke arah makam di sebelahnya, anak
kecil ini masih tetap menggandeng tanganku. Aku terkejut melihat nama yang
terukir di nisan itu. ‘Angel’. Angel? Bukankah itu namaku? Tapi, makamku bukan
yang itu, makamku ada di sebelahnya dan aku juga melihat ukiran pada nisanku,
tertulis ‘Angel’. Aku yakin tak ada saudara atau kerabat yang punya nama yang
sama denganku. Jadi, siapa Angel yang yang ada di sebelah makamku itu? Aku
berpikir..berpikir dan berpikir...siapa Angel yang satu lagi?
Jantungku
serasa tertimpa beban yang begitu berat. Aku kaget. Aku ingat sesuatu. Aku
melihat sosok kecil yang ada disampingku, yang sedang menggenggam tanganku. Dia
tersenyum padaku dan berkata...
“Aku sama denganmu, sis.”
***
Namaku
Angel. Aku tinggal dengan ayah dan ibuku di Kota Bandung, aku hanya anak
tunggal dan sejak dulu ingin sekali punya adik. Harapanku terjawab, aku akan
punya adik. Aku bisa menggendong seorang adik dan mengajaknya bermain. Aku
begitu gembira ketika datangnya hari lahirnya adikku. Aku berlari ketika ayah
meneleponku dan menyuruhku datang ke rumah sakit. Aku menyeberang jalan tanpa
melihat kanan kiri dan seketika itu, sebuah bus menabrakku tanpa ampun hingga
aku tergeletak kaku di tengah jalan bersimbah darah. Aku belum sempat melihat
adikku. Tubuhku tergeletak tepat di depan shelter itu.
Adikku
bernama Angel, nama yang sama denganku. Tujuh tahun setelah aku pergi, adikku
tertabrak bus di depan shelter, tempat yang sama ketika aku mengantar nyawaku.
Rupanya, adikku yang ada di seberang shelter, seperti melihatku, wajah yang
sama ketika adikku melihatku lewat foto, lalu dia berlari menyeberang jalan
tanpa lihat kanan kiri, sama seperti saat aku begitu semangat menyambut adik
baruku. Oh Tuhan, jadi akulah yang membuat adikku celaka, akulah yang membuat
adikku jadi sama denganku, akulah yang menyebabkan adikku meninggal.
Masih
bisakah aku menangis...
Tapi
sekarang, adikku ada di sampingku...dia ikut denganku...
SELESAI
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.biz ^_$
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^