Sanitasi, menjadi salah satu masalah dunia yang masih sangat perlu perhatian. Mungkin bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, setidaknya tidak mengalami masalah berarti tentang sanitasi. Tapi berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah kumuh, tentunya sanitasi menjadi masalah yang cukup berat. Dan sebagian besar wilayah Indonesia juga masih memiliki masalah sanitasi buruk.
40 percent of the world's population don't have a toilet
Bayangkan, hampir 50 persen populasi di dunia memiliki masalah sanitasi. Ketiadaan toilet akan berdampak buruk bagi sanitasi lingkungan. Aku menemukan sebuah artikel dari website VoA Indonesia yang berjudul "Sarana Sanitasi Praktis untuk Buang Air di Wilayah Kumuh" tanggal 23 mei 2012
Salah satu wilayah yang memiliki sanitasi yang bisa dikatakan sangat buruk yaitu Kiberia, Kenya. Seperti yang kita tahu, Republik Kenya merupakan sebuah negara di Afrika Timur yang masuk dalam daftar negara dengan tingkat pendapatan rendah. Masalah kelaparan dan pengangguran menyebabkan tingkat kejahatan tinggi.
Dalam artikel website tersebut, dijelaskan bahwa wilayah Kiberia mengalami masalah sanitasi. Di wilayah ini, sebagian besar masyarakat harus menggunakan "jamban bayaran" atau "jamban gratis" untuk buang air kecil atau besar. Tidak hanya sampai disitu, masyarakat pun harus rela antri dan aku tak bisa membayangkan bagaimana seandainya ada orang yang memang ingin sekali ke toitet (kebelet) atau sedang diare.
Oleh karena itu, penggunaan "toilet terbang" menjadi favorit masyarakat Kiberia. Tinggal ambil kantong (barangkali kresek), buang air, ikat, buang jauh-jauh. Selesai. Apakah masalah selesai? jawabannya tidak.
Plastik merupakan sampah anorganik yang paling sulit terurai (Undegradable). Jadi, jika mayoritas masyarakat menggunakan plastik sebagai tempat buang air, sejatinya akan sangat merusak lingkungan. Ditambah lagi dengan sampah plastik lainnya dan tentu saja isi yang ada di dalam plastik tersebut.
Penggunaan "jamban bayaran" atau "jamban gratis" akan sangat menyita waktu, dan mereka pun menghadapi risiko keamanan jika pergi ke toilet pada malam hari. Tingkat kejahatan di Kenya sangat tinggi sehingga jika seorang perempuan atau anak kecil bepergian sendiri pada malam hari, mereka harus bersiap-siap mengahadapi para penjahat. Menurutku, ilmu bela diri menjadi hal wajib yang harus mereka pelajari khususnya perempuan demi keamanan.
Masalah sanitasi di Kiberia menemui jalan keluar. Dua arsitek dari Swedia, Camilla Werseen dan Anders Wilhelmson menciptakan peepoo, yaitu sebuah kantung tipis yang dapat terurai dan dilengkapi dengan corong serta pada bagian bawah ditambahkan urea untuk menguraikan kotoran dan juga membunuh bakteri patogen. Jelas, ini penemuan bagus.
Kebiasaan masyarakat Kiberia yang selalu membawa tiolet terbangnya berupa plastik biasa, dapat diganti dengan peepoo. Bahkan tampilannya pun menarik, bagiku sayang sekali digunakan untuk toilet terbang hehe.
Penemuan ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah dengan sanitasi buruk. Sampai saat ini, sungai masih dijadikan alternatif toilet dan tempat sampah. Masih sering aku lihat, sungai berubah jadi pulau sampah. Ini akan berdampak pada kesehatan. Berbagai macam penyakit dapat menyebar dengan cepat. Penyakit kulit, diare menjadi paling sering dialami warga, terutama anak-anak.
doc pribadi
Anak-anak juga sering mandi di sungai yang notabene sangat tidak bersih itu. Ini sama saja hidup dengan bakteri. Jika bakteri dapat kita lihat, barangkali kita sudah tenggelam karena bakteri.
Berdasarkan artikel ANTARA News, Indonesia merupakan negara yang memiliki sanitasi terburuk ketiga di Asia Tenggara. Bukankah ini menyedihkan. Indonesia kaya, tapi belum mampu mengatasi buruknya sanitasi yang dialami warganya. Masyarakat cenderung menganggap enteng masalah sanitasi, padahal buruknya sanitasi dapat berdampak pada kesehatan.
Peepoo setidaknya dapat membantu mengatasi masalah sanitasi dan juga sedikit menyelamatkan sungai dari polusi kotoran dan menyelamatkan masyarakat dari timbunan bakteri. Biaya produksi peepoo juga terbilang murah dan cara pakainya pun mudah, hanya seperti menggunakan kantong plastik biasa. Setelah selesai, ikat, timbun di dalam tanah. Keuntungannya, kotoran yang telah terurai dapat dijadikan pupuk. Nah, sekalian bisa usaha pupuk kompos :D
Tapi sayangnya, produk peepoo belum ada di Indonesia. Peepoople sebagai pemasok hanya memasok peepoo untuk projek di Kiberia dan jika ingin ikut serta dalam projek peepoo, harus menghubungi kedua arsitek sang penemu peepoo. Sepertinya akan sulit, biaya produksi peepoo yang terbilang murah akan berubah jadi mahal apabila kita memang mau memesan produknya.
Sebenarnya, tak perlu terlalu mengandalkan peepoo. Kita bisa saja memanfaatkan urea yang dapat menguraikan kotoran dan membunuh bakteri patogen. Atau bergotong royong membangun sarana MCK dan bersama-sama menjaga kebersihannya juga menjadi jalan keluar yang baik. Kita mau dan kita pun sehat.
Sebenarnya, tak perlu terlalu mengandalkan peepoo. Kita bisa saja memanfaatkan urea yang dapat menguraikan kotoran dan membunuh bakteri patogen. Atau bergotong royong membangun sarana MCK dan bersama-sama menjaga kebersihannya juga menjadi jalan keluar yang baik. Kita mau dan kita pun sehat.
Semoga masalah sanitasi di Indonesia dapat teratasi, lingkungan nyaman dan bersih akan selalu menjadi impian semua orang. Tanpa peepoo pun, Indonesia bisa sehat kok :)
Yuk Mariii ~..~
sumber gambar, video, referensi
Jiah baru denger ada istilah jamban terbang ka Ran??
BalasHapusYa bersyukur untuk yang satu itu kita ngga kesulitan =)
ya memang miris coba seandainya ada kepedulian sedikit aja kearah situ,
jamban terbang..luar biasa tuh yah sakit hatinya pas diterbangin trs plak kena mukanya org :D
BalasHapusDiindonesia juga perlu diterapkan program seperti itu karena percuma ada pengobatan gratis buat masyarakat tapi suasana lingkungan masih seburuk itu.
nice posting sist :)
nah itu dy hehhe...yg dicari itu kesadaran individu aj thdp lingkungan...it dy yg susah hehehehhe
Hapusmasalah besar yang gak terlalu dipikirkan jugak.
BalasHapuskarena mungkin masalah sanitasi ini cenderung masalah individu, perhatian mereka terhadap lingkungan.
tentang jamban terbang, kalo plastiknya gak terurai, jelas cuma jadi wadah untuk benda yang ada di dalemnya itu.
beuh,,
mslh individu dr setiap individu,,numpuk deh :D
Hapushahahha geli bayanginnya :D
kasihan juga masyarakat kenya.. semoga diindonesia jangan sampai separah itu.
BalasHapusYa,,tp mulai menuju parah =,,=
HapusPrihatin sekali bangsa ini, peringkat ke-3 di asia ya? ckckckc
BalasHapusyup se Asia :((
HapusSanitasi emang butuh aksi, gak cuma konsentrasi tanpa partisipasi! Jadi inget jamban gue, udeh bagus ape belom ye sanitasinye?
BalasHapusnah itu dy coba periksa dlu jambannye hyehehhee :3
HapusGak kebayang kalo dirumah kagak ada jamban, siape yg bise tahan klo kebelet..
BalasHapusyoi,,mangkanye nyang kga punya jamban pke jamban terbang...ntar alamnye penuh jamban2 nyasar ><
HapusBaru tau kalo ada istilah jamban terbang, yg dimasukin ke plastik langsung buang, iyuuh--' wkk.
BalasHapusTpi keren juga tuh produk peepoo, pengen nyoba deh bab disitu. Muahehe~
Nice post! :')
iya,,udh kyak sampah biasa aje,,,pdhal ntu sampah luar biase ><
Hapusya ampun toilet terbang -___-
BalasHapuspadahal uat galauers di Indo, jamban kan tempat favorite, kasian kalo mau galau mesti ngantri dulu, giliran galaunya beum ilang eh udah digedor. :|
hehe toilet terbang lalu kira2 bandaranya dmn? hehe...
BalasHapuswalah, buang aer di plastik @_@
BalasHapus