Seperti apa cinta sejati itu?
Pada suatu hari Aristoteles bertanya kepada gurunya tentang seperti apa cinta sejati itu.
Guru: “Berjalanlah lurus di taman bunga yang luas, petiklah 1 bunga yang terindah menurutmu, dan jgn pernah berbalik ke belakang!”
Kemudian Aristoteles mengikuti perintah gurunya, melaksanakan seperti yang diperintahkan kepadanya. Tak berapa lama, ia kembali dengan tangan hampa..
Guru: “Mana bunganya?”
Aristoteles menjawab: “Aku tidak mendapatkannya, sebenarnya aku telah menemukannya, tapi aku selalu berpikir, di depan ada yang lebih bagus lagi..”
“Dan ketika aku telah sampai di ujung taman, Aku baru sadar bahwa yang aku temui pertama tadi adalah yang terbaik, tapi aku tidak bisa kembali lagi ke belakang…”
Guru: “Seperti itulah Cinta Sejati, semakin kau mencari yang terbaik dan lebih baik lagi, maka kau tak akan pernah menemukannya..”
Belajar dari seekor keledai yang pantang menyerah
Suatu hari, keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur.
Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.
Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun/ditutup, karena berbahaya, jadi tidak ada gunanya untuk menolong si keledai.
Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. Menimbun keledai itu.
Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang- guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.
Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri!
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari ‘sumur’ (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dari ‘sumur’ dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.
Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari ‘sumur’ yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah!
Perjuangan ibumu yang tidak kamu sadari
Pagi ini saya mendapat sebuah E-mail dari papa saya. Dimana isi dari email tersebut adalah mengenai Nilai Kasih Seorang Ibu. Berikut kutipan dari E-mail tersebut.
Seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia menghulurkan sekeping kertas yang bertulis sesuatu. Si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang dihulurkan oleh si anak dan membacanya.
Ongkos upah membantu ibu :
1) Membantu pergi ke Warung: Rp 20.000
2) Menjaga adik Rp 20.000
3) Membuang sampah Rp 5.000
4) Membereskan Tempat Tidur Rp 10.000
5) menyiram bunga Rp 15.000
6) Menyapu Halaman Rp 15.000
Jumlah : Rp 85.000
Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu dibelakang kertas yang sama.
1) OngKos mengandungmu selama 9bulan -- GRATIS
2) OngKos berjaga malam karena menjagamu -GRATIS
3) OngKos air mata yang menetes karenamu -- GRATIS
4) OngKos Khawatir kerana selalu memikirkan keadaanmu- GRATIS
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu -- GRATIS
6) OngKos mencuci pakaian, gelas, piring dan keperluanmu -- GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku -- GRATIS
Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, “Saya Sayang Ibu”. Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu didepan surat yang ditulisnya: “Telah Dibayar” .
Setelah membaca email tersebut, mata saya tidak bisa menahan lagi tetesan air bening yang akan segera turun. Diam diam mengambil tissue dan ke toilet untuk menelpon mama saya.
Disaat kamu merasa jengkel dengan orangtuamu, terutama Ibumu.. Bacalah sekali lagi email ini. Dan Lupakan semua kejengkelan itu..
Cerita yang memotivasi :)
BalasHapus